Perusahaan pembuat mobil listrik kenamaan asal AS Tesla baru-baru ini memutuskan untuk bekerjasama dengan perusahaan tambang nikel di negara kecil Kaledonia Baru. Langkah strategis ini dilakukan Tesla dikarenakan ketersediaan nikel sebagai material penting untuk pembuatan baterai, sudah mulai langka di Amerika Serikat. Dengan adanya kerjasama ini tentu saja telah mengamankan pasokan nikel bagi Tesla untuk memproduksi baterai kedepannya.
Tesla dikabarkan akan bekerjasama dengan perusahaan tambang Goro Mine yang kepemilikannya dipegang oleh group perusahaan Vale yang berasal dari Brazil. Dalam kerjasama ini Tesla akan berperan sebagai penasihat produksi sekaligus penasihat teknis untuk produksi nikel mereka dengan imbalan jaminan pasokan nikel untuk divisi baterai mereka.
Beberapa waktu lalu memang diketahui Pemerintah Indonesia intens melakukan penawaran kerjasama dengan perusahaan yang dipimpin oleh Elon Musk tersebut, karena seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia dengan jumlah cadangan diperkirakan hingga 21 juta ton. Namun dalam perjalanannya Tesla lebih memilih untuk berinvestasi di Indonesia dalam bentuk penyedian cadangan listrik (electric storage), padahal pemerintah berharap banyak Tesla mau bekerjasama dan melakukan alih teknologi dalam pembuatan baterai mobil listrik.
Keledonia Baru walaupun negara ini adalah negara kecil di kepulauan pasifik, memang diperkirakan menurut para ahli memiliki cadangan nikel hingga 7 juta ton. Negara yang juga secara administrasi masih bagian dari wilayah Perancis ini tercatat memiliki beberapa tambang nikel yang sudah beroperasi sejak lama. Di bagian utara pulau ini terdapat perusahaan tambang Koniambon yang sebagian sahamnya dimiliki perusahaan asal Swiss Glencore, di bagian tengah pulau terdapat perusahaan tambang Doniambo yang dioperasikan oleh Group tambang Eramet dan kemudian dibagian selatan pulau Kaledonia beroperasi tambang Goro yang mana perusahaan inilah yang dipilih oleh Tesla sebagai pemasok nikel mereka.
